Kamis, 26 Agustus 2010

Batik Kenongo yang Nyaris Punah


sumber : www.kompas.com


Batik khas Kabupaten Madiun, Batik Kenonogo, di sentra batik Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, nyaris punah, akibat kalah bersaing dengan batik dari daerah luar.

Batik khas Kabupaten Madiun saat ini dapat dikatakan sedang dalam keadaan mati suri. Minimnya motif yang dikembangkan membuat Batik Kenongo sulit untuk dipasarkan.

Hal ini diperparah dengan masuknya batik dari Solo, Pekalongan, Yogyakarta, dan daerah lainnya di pasar lokal, ujar Kepala Bagian Humas Kabupaten Madiun, Mardi’i.

Menurut dia, pada 1980-an masih ada sekitar 20 industri rumah tangga kerajinan batik di Desa Kenongorejo. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tinggal satu perajin saja yang tertinggal. Kini keberadaan Batik Kenongo hampir punah dan sulit berkembang.

Sekitar 1980-an hingga 1990-an, Batik Kenongo masih diproduksi secara normal. Namun pada tahun 2000-an jumlah perajin terus berkurang hingga akhirnya nyaris hilang. Melihat masa depan yang tak jelas, penerus perajin itu tak berminat untuk melanjutkan warisan orang tuanya.

Warga desa sekitar yang paham dengan seni membatik lebih memilih menjadi tenaga kerja wanita (TKW) keluar negeri dengan pertimbangan lebih menguntungkan daripada menjadi perajin batik. Karena tak ada regenerasi itulah, keberadaan Batik Kenongo nyaris hilang.

Meski demikian, Pemerintah Kabupaten Madiun, melalui dinas terkait, tetap melihat potensi batik yang bisa dikembangkan, walaupun kini hanya tinggal satu perajin batik saja yang bertahan.

"Pemkab Madiun sangat ingin menyelamatkan keberadaan Batik Kenongo sebagai batik khas Kabupaten Madiun. Saat ini berbagai upaya tengah ditempuh untuk melestarikan budaya luhur tersebut. Apalagi, saat ini batik telah diakui hingga tingkat internasional. Butuh kerja keras semua pihak untuk mewujudkannya," kata Mardi’i.

Belajar dari industri batik di Pekalongan, Pemkab Madiun ingin menghidupkan kembali kerajinan batik di Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, yang dulu pernah menjadi sentra batik dengan motif bunga kenanga.

"Kami melihat batik Pekalongan yang kaya akan corak, motif, dan warna ini lebih indah dan maju. Karenanya, Pemkab Madiun ingin menimba ilmunya agar nantinya dapat diterapkan, termasuk juga pengelolaan perajin dan pemasaran batiknya," ujar Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pariwisata (Disperindagta) Kabupaten Madiun, Agus Trisilo.

Batik Pekalongan memang cukup dikenal sebagai satu dari sekian banyak motif batik yang ada di Tanah Air. Motifnya yang banyak mengedepankan corak pesisir dan berani bermain warna, membuat batik Pekalongan mendapat tempat tersendiri di hati para pencinta batik.

Pemasaran batik Pekalongan sudah merambah hingga keluar negara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Para perajin batik di Pekalongan mengekspor produksinya dengan menggunakan pihak ketiga atau pengepul di Jakarta.

Di bawah binaan Dinas Koperasi, UMKM, Industri, dan Perdagangan kabupaten setempat, batik Pekalongan terus berkembang hingga produksinya mencapai 36.895.230 meter per tahun, dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 88.439 orang.

Di samping karena sebagai warisan budaya secara turun-temurun dari nenek moyang, kesuksesan perajin batik di Kabupaten Pekalongan, juga karena perhatian Pemkab Pekalongan melalui Dinas Koperasi UKM, Perdagangan, dan Perindustrian dalam memberikan bantuan modal kepada perajin batik secara bergulir.

Pemberian bantuan modal usaha kepada perajin batik di Pekalongan diberikan secara bergulir dan khusus untuk perajin yang mempunyai SIUP paling tidak usahanya sudah berjalan 2 hingga 4 tahun.

Modal bergulir tersebut, dengan minimal bantuan modal antara Rp50 juta per kelompok sebanyak 20 orang anggota perajin batik atau setiap perajin menerima Rp2,5 juta.

Adapun jenis batik yang dikembangkan di Pekalongan, meliputi batik tulis, batik cap atau printing, dan batik kombinasi antara tulis dan cap. Tentu saja, batik tulis harganya lebih mahal, karena pembuatannya memerlukan keuletan dan ketelatenan.

Bangkit Lagi

Setelah belajar dari industri batik Pekalongan, nantinya Disperindagta Kabupaten Madiun yang akan menjadi dinas pembina para perajin batik.

Selain itu, dengan menggandeng dinas pendidikan setempat, Disperindagta Kabupaten Madiun pada akhir Mei 2010 menggelar lomba desain batik.

Lomba ini bertujuan untuk menggali kekayaan corak batik serta menumbuhkembangkan keterampilan desain batik kepada generasi muda.
"Sehingga, batik Kenongo yang dulu pernah berkembang dapat bangkit lagi dan diperkaya dengan motif-motif baru yang merupakan hasil karya putra daerah," tutur Agus Trisilo.

Selain itu, pihaknya juga berharap agar Dinas Pendidikan dapat memasukkan keterampilan batik ke dalam kurikulum sekolah. Sehingga, selain terjadi regenerasi, keanekaragaman corak dan motif bisa diperbanyak dan dipertahankan.

"Dengan dinas-dinas terkait, nantinya kami ingin sekolah menjadi salah satu wadah untuk mengenal dan melestarikan batik seperti halnya yang telah dilakukan oleh daerah penghasil batik di Jawa Tengah lainnya," ujar Agus Trisilo.

Pihaknya menyadari hal ini masih langkah awal. Untuk mengembangkan keberadaan batik di Kabupaten Madiun butuh waktu beberapa tahun ke depan dan menjadi acuan pembanguan daerah jangka panjang.

Namun, setidaknya telah ada perubahan dan titik awal yang terang. Bahkan perajin batik di Desa Kenongorejo telah mulai melakukan kegiatannya kembali seperti sediakala. Beberapa waktu lalu, sentra batik ini juga telah dikunjungi oleh Ketua TP PKK Provinsi Jawa Timur, Ibu Hj. Nina Soekarwo.

"Ini awal yang bagus bagi Pemkab Madiun untuk membangkitkan geliat batiknya. Terlebih, Ibu Nina ingin melihat aktivitas masyarakat Kabupaten Madiun secara langsung, khususnya yang ada di Desa Kenongorejo yang mempunyai keterampilan membatik," kata Kepala Bagian Humas Kabupaten Madiun, Mardi’i.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar